Kumpulan puisi tentang Pendidikan
Pahlawan Pendidikan
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia
puisi pendidikan chairil anwar
Puisi berjudul Kerawang-Bekasi milik Chairil Anwar merupakan puisi chairil Anwar tentang pendidikan. Yang secara transparan membicarakan soal semangat perjuangan para pahlawan tanah air dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Lirik aku pada puisi ini memberi ungkapan yang jelas bagaimana perjuangan dan cita-cita seorang pahlawan meskipun mereka telah gugur dalam pertempuran memperjuangkan kemerdekaan. Semangat perjuangan ini yang patut diambil sebagai nilai pendidikan oleh para peserta didik di lembaga pendidikan formal saat ini.
KRAWANG-BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957
puisi tentang pendidikan anak
yang satu ini puisi yang mengajarkan membaca untuk ana-anak sd yang saya kutip dari salah satu blog.
Ayo Membaca
Sesobek kertas telah diberikan
Seuntai tulisan juga berada di dalamnya
Duhai anak yang malang
Kenapa engkau diam saja ?
Kenapa kertas itu hanya kau simpan ?
Sungguh banyak harapan terpendam
Ilmu maha luas telah tertuliskan
Namun sayang kau malas membaca
Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang
Sungguh dunia telah berkata,
Kau ingin tahu isiku ?
Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ?
Malang beribu malang kau malas membaca
Duhai anak yang malang
Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu
Lawanlah jiwa kotormu itu
Tuk mencapai impianmu
Sekian dulu artikel Puisi tentang pendidikan semoga bermanfaat untuk kita semua dan sam pai bertemu di artikel-artikel lainnya tentuny masih seputar puisi.